KULTUR
JARINGAN MAWAR
A.
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanaman mawar
merupakan tanaman berbunga yang digemari oleh banyak orang. Tanamana ini biasa
diperbanyak dengan stek atau cutting sehingga tanaman baru mempunyai sifat
genetik sama dengan induknya. Perlakuan penyetekan pada tanaman mawar hanya
mampu menghasilkan sedikit tanaman baru dan apabila induk tanaman mawar
dipotong secara terus-menerus sebagai bahan stek maka tanaman induk tersebut
akan rusak.
Oleh karena itu,
diperlukan suatu metode atau cara yang efektif dan efisien serta cepat dalam
memperkembangbiakan tanaman mawar.
Kultur jaringan sebagai salah satu metode perbanyakan tanaman dapat dipilih untuk mengatasi permasalahana diatas. Pada kultur jaringan tidak menutup kemungkinan ditambahkannya suatu zat pengatur tumbuh untuk mempercepat regenerasi dan pertumbuhan dari jaraingan tanaman sehingga tanaman baru yang dihasilkan dalam waktu singkat dan berjumlah banyak.
Kultur jaringan sebagai salah satu metode perbanyakan tanaman dapat dipilih untuk mengatasi permasalahana diatas. Pada kultur jaringan tidak menutup kemungkinan ditambahkannya suatu zat pengatur tumbuh untuk mempercepat regenerasi dan pertumbuhan dari jaraingan tanaman sehingga tanaman baru yang dihasilkan dalam waktu singkat dan berjumlah banyak.
2. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara II ini
adalah Mengetahui teknik kultur jaringan mawar
Mengetahui pengaruh BAP dan IBA
terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan mawar
B. Tinjauan Pustaka
Auksin adalah kelompok senyawa yang mampu menyebabkan pemanjangan sel
pada jaringan tunas muda. Auksin juga berpengaruh pada pertumbuhan buah dan
pembentukan akar. Dalam konsentrasi rendah, auksin merangsang pemanjangan sel.
tetapi dalam konsentrasi tinggi malah
berfungsi sebaliknya. ZPT yang sering digunakan dari golongan auksin antara
lain IAA, IBA, 2,4 D. hormon ini harus dipakai dalam konsentrasi yang tepat
karena konsentrasi yang terlalu berlebihan menyebabkan terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan (Rahardja, 1988). Semua jaringan tanaman terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan
secara kromatografi. Senyawa tersebut merupakan inhibitor B–kompleks. Senyawa
ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi. Beberapa peneliti
akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat (ABA) (Wattimena 1992). Mawar (Rosa hybrida L.) biasa diperbanyak secara vegetatif,
sedangkan secara generatif hanya ditujukan untuk pemuliaan. Perbanyakan mawar
bunga potong umumnya diperbanyak secara okulasi, okulasi mata tunas atau
okulasi mata berkayu. Okulasi mata tunas dilakukan pada saat kulit batang bawah
mudah dikelupas. Pada saat tersebut sel-sel tanaman dan sel-sel kambium
tersebut sedang dalam keadaan aktif (Anonim, 2008). Dalam budidaya in vitro
(kultur jaringan), menginduksi kalus merupakan salah satu langkah penting,
setelah itu diusahakan agar terjadi diferensiasi akar dan tunas. Proses
terjadinya kalus sampai diferensiasi berbeda–beda, tergantung pada bagian
tanaman yang dipakai sebagai eksplan, metode budidaya in vitro, juga zat–zat
tanaman yang di bubuhkan pada media dasar. Untuk mendapatkan kalus penggunaan
eksplan dari daun umumnya lebih menguntungkan dari pada eksplan batang. Masalah
yang perlu diantipasi adalah generasi kalus menjadi planlet. Untuk mendapatkan
kalus, zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan adalah 2,4–D dari golongan
auksin dan BAP dari golongan sitokinin (Ibrahim et al, 2004).
Pada 0 ppm BAP tidak ada satupun kalus
yang terbentuk. Nilai tertinggi dijumpai pada pemberian 4 ppm BAP dengan
menghasilkan prosentase kalus terbentuk sebesar 69,7%, yang berbeda sangat
nyatadengan pemberian 0 ppm BAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwapada
konsentrasi
4 ppm BAP sinergis dengan pemberian 15 ppm CCC sehingga menghasilkan
prosentase kalus tertinggi. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan peningkatan
konsentrasi BAP hingga 4 ppm terjadi peningkatan prosentase kalus.
Tetapi setelah itu, makin tinggi
konsentrasi BAP dalam media tumbuh makin menurun prosentase kalus yang
terbentuk (Sofia,
2007).
C. Alat,
Bahan Dan Cara Kerja
1. Alat
- Laminar air
flow cabinet
- Petridish
danbotol-botol kultur
- Peralatan
diseksi yaitu pinset besar/kecil dan pisau pemes
2. Bahan
- Eksplan mawar
(Rosa sp)
- Media kultur
- Alkohol 96%
- Aquadest
steril
- Spirtus
- Clorox
(sunclin)
3. Cara Kerja
- Mempersiapkan
eksplan
- Melakukan sterilisasi pada eksplan
dengan
Melakukan perendaman
dalam larutan alkohol selama ± 4 menit, dilanjutkan dengan chlorox 5,25%
(sunclin 100%) selama ± 3 menit.
Membilas eksplan dengan aquadest
steril
- Melakukan penanaman eksplan
Membuka plastik
penutup botol media kultur
Mengambil
eksplan dan menanamnya di media kultur dengan pinset. Setelah digunakan, pinset
harus selalu dibakar di atas api.
Mendekatkan mulut botol dengan api
untuk menghindari kontaminasi
- Melakukan pemeliharaan eksplan
Menempatkan
botol – botol berisi eksplan di rak-rak kultur.
Menjaga suhu,
kelembaban, dan cahaya di lingkungan louar botol
Melakukan penyemprotan pada
botol-botol kultur dengan spirtus , 2 hari sekali untuk mencegah kontaminasi.
- Melakukan pengamatan selama 5
minggu, yang diamati :
Melakukan
pengamatan setiap hari saat muncul muncul akar, tunas, daun dan kalus (HST)
Melakukan
pengamatan 1 minggu sekali pada jumlah akar, tunas dan daun.
Melakukan deskripsi kalus pada akhir
pengamatan
-
Melakukan perhitungan prosentase keberhasilan pada
akhir pengamatan
Pembahasan
Bahan yang
digunakan dalam kultur jaringan ini adalah ruas batang mawar dari jaringan yang
masih muda agar mampu beregenerasi lebih cepat. Dalam kultur batang mawar ini
tingkat keberhasilan yang didapat adalah 0%. Eksplan yang dikulturkan tidak ada
yang hidup. Eksplan yang ditanam menjadi kekuningan karena browning dan
sebagian lagi mengalami kontaminasi oleh berbagai macam jamur. Kontaminasi oleh
berbagai macam jamur disebabkan oleh sterilisasi yang kurang sempurna sehingga
mikroba-mikroba yang ada didalam maupun disekitar eksplan berkembang biak di
dalam media. Sterilisasi yang kurang sempurna kemungkinan besar terjadi pada
saat eksplan akan ditanam di dalam botol kultur. Pada saat eksplan akan
ditanam, dilakukan sterilisasi bahan tanam dengan menggunakan alkohol 96% dan
larutan Clorox 5,25%. Apabila perendaman dalam larutan terlalu cepat maka
mikroba yang ada kemungkinan masih terbawa di sekitar permukaan eksplan
sehingga peristiwa kontaminasi tidak dapat dihindarkan. Eksplan mawar
tekontaminasi oleh jamur dan bakteri, pada kontaminasi jamur terlihat hifa
putih hingga hitam (jenis yang berbeda) muncul pada media ataupun pada bahan
tanam. Sedangkan kontaminasi oleh bakteri terlihat cairan kental di sekitar
bahan tanam maupun media yang merupakan kumpulan massa bakteri. Kontaminasi yang terjadi
disebabakan oleh faktor media ataupun bahan tanam yang sterilisasinya kurang
sempurna. Sterilisasi yang kurang sempurna ini mengakibatkan tumbuhnya mikroba
dalam media yang sangat kaya akan nutrisi. Sebagian dari eksplan mawar
terkontaminasi oleh bakteri dan jamur sedangkan sebagian yang lain mengalami
browning yaitu matinya eksplan karena terlalu lama mengalami sterilisasi.
Fungsi dari sterilisasi adalah membunuh mikroba akan tetapi apabila sterilisasi
yang dilakukan terlalu lama maka jaringan tanaman juga akan ikut mati atau
terjadi browning.
Apabila dibandingkan dengan bahan
lain yang digunakan untuk kultur jaringan, bahan tanam mawar memiliki
prosentase keberhasilan paling rendah yaitu 0%. Hal ini dikarenakan eksplan
yang digunakan berupa batang yang mempunyai permukaan yang cukup sulit untuk
ditembus oleh media, sehingga media agak sulit untuk masuk ke dalam 13
jaringan eksplan dan menyebabkan eksplan menjadi
coklat kekuningan karena tidak mendapatkan nutrisi yang cukup. Pengaruh dari
BAP dan IBA terhadap eksplan mawar ini belum bisa diamati karena seluruh
eksplan mati karena terkontaminasi maupun karena sterilisasi bahan tanam yang
terlalu lama. Fungsi dari BAP adalah sebagai pemacu tunas sedangkan IBA digunakan
sebagai pemac
wow....makasih kawan....nimbrung nich, bisa berbagi informasi...
BalasHapusTrimakasih Gan. Sangat membantu..
BalasHapusSangat membantu 😊
BalasHapus